Sunday, January 2, 2011

#8 Dear Romo..

Dear Romo..

Tidak biasanya di dini hari begini Yuni merasakan gerah yang teramat sangat. Bulir keringat itu terus saja mengalir bebas. Sementara di atas kepala sudah ada baling-baling angin yang sedari tadi berputar. Tapi, tetap saja gerah itu lebih banyak kuasa daripada angin.

Malam nanti Romo pulang. Tidak sabar bertemu Romo besok harinya. Mungkin belum apa-apa Yuni sudah berlari saja menggapai Romo. Yuni rindu. Banyak hal. Selama tak jumpa begitu banyak sekelebat kesederhanaan mampir dalam ingatan. Yuni belajar menghargai jarak agar tidak menjadi perbedaan. Sedangkan Romo tetap dengan hati yang sejuk mengecup ubun-ubun Yuni dari jauh untuk selalu tenang menghadapi waktu. Yuni lupa menghitung detik sejak kepergian Romo. Mungkin jarum jam masih menyimpan catatan mereka untuk bisa Yuni intip.

Yuni hanya di kamar saja. Menanti dan terus menanti. Menunggu pesan datang yang mengatakan kalau Romo sudah tiba maka datanglah. Pesan singkat tak sampai 160 karakter menjadi terasa penuh seisi bumi jika itu Romo yang mengirimkannya. Yuni lihat jam, masih lama pagi besok hari itu.

...ada pelajaran sejak ditinggal Romo. Yuni belajar menjadi diri sendiri dengan kesederhanaan kata-kata. Melihat jejak langkah Yuni ke depan, bukan yang tertinggal di belakang, dan menutup mata dengan jejak langkah kaki orang lain. Muncul rasa berarti saat tidak satu orang manusia pun menegur nama Yuni. Hanya menanti dan terus menanti kalau yang maya itu selalu setia. Sebut saja mereka yang ada di dunia khayal Yuni yang menjelma masuk ke dalam mimpi Yuni dan esok harinya Yuni bercerita kepada seorang teman yang duduk di sudut maya dunia ini, dan setelah itu kami berdua tertawa dengan cerita bodoh itu. Seakan-akan hal yang bodoh itu mampu membahagiakan.

Romo..
Memang benar menjadi diri sendiri itu susah gelisah! 

No comments:

Post a Comment