Thursday, January 13, 2011

entahlah..

Ini saya yang harus terus berkarya

Bagaimana ini? Sudah beberapa hari yang lalu, hari ini juga, saya labil emosi. Bukan berarti marah-marah. Tapi, entahlah. Rasanya mata ini sedang tidak nyaman saja memandang. Telinga juga begitu, sedang tidak suka saja mendengar selain suara saya sendiri dan suara hati kecil saya. Sepertinya cuma dua alat itu saja yang lebih menonjol dalam mengindra. Mata dan telinga. Apakah saya harus tutup mata dan tutup telinga? Atau dengan yang tanda kutip sekali pun? Ah, sepertinya sama saja. Masih tetap bisa terlihat dan terdengar.

Entahlah. Saya tidak mengerti mengapa bisa begitu. Kata teman saya, jangan dibiarkan rasa itu semakin dirasa-rasa nanti bisulmu pecah. Hahaha..maaf teman! Saya sedang tidak punya bisul! Tapi, saya bingung menghadapi diri saya ini. Kalau bingung begini, buat apa saya menulis tentang ini? Percuma saja! Hmm..sepertinya tidak juga. Lebih baik saya teruskan saja bercerita tentang entahlah ini.

Ada seperti ikatan yang mengekang begitu kuat di tubuh saya saat ada seseorang yang bertanya tentang aktifitas saya. Mengapa? Karena saya sedang tidak ingin diketahui oleh siapa-siapa tentang apa-apa yang ada di saya walau hanya sekedar bertanya dengan pertanyaan yang sangat sederhana, "Lagi ngapain, kamu?" Entahlah mengapa bisa seperti itu. Rasa-rasanya hmm...tidak penting dan saya malas dengan yang begitu. Sedang tidak bersahabat dengan yang namanya basa-basi.

Bisa jadi atau bisa saja saya ini adalah teman yang tidak menyenangkan, teman yang tidak baik, atau teman yang tidak pantas menjadi teman. Ya, bisa jadi atau bisa saja. Bagaimana jika berteman tidak perlu bertanya tentang identitas? Tentang siapa nama asli, kuliah atau kerja, hobinya apa, karakternya bagaimana, dan sebagainya itu. Kenali saja mereka dari yaaaaa...kata-kata mereka, mungkin. Terserah kata-kata yang dilihat atau didengar dari mana. Dari tulisannya kah atau dari cerita uneg-unegnya kah, banyak! Nilai dan pahami  saja. Saya sedang tertarik seperti itu. Rasanya seperti ada rasa terikat yang tak terikat jika berhubungan dengan model begitu. Lama-lama juga akan terbaca identitasnya tanpa harus bertanya. Entahlah bagi orang lain. Paling malas jika harus menjawab, "Kamu ini orangnya gimana sih?" Huft..

Introvert, mungkin. Itu lah saya. Tapi, jika saya sudah menulis begini, masih pantas dianggap introvert? Entahlah. Mungkin ini masih permukaan kulitnya saja. Belum lapisan yang di bawah kulitnya. Apalagi isinya. Hanya bercerita. Tentang...entahlah.

Bicara tentang dunia, mungkin saya sedang tidak tertarik melihat dunia orang lain walaupun mereka sangat berwarna. Saya pun punya dunia. Bahkan lebih berwarna. Jika mereka punya dua puluh empat warna, maka saya punya tak-terhingga warna. Entahlah yang tak-terhingga itu berapa banyak dan bagaimana rupa. Ya, sekali lagi saya katakan kalau saya juga punya dunia. Itu yang membuat saya bertahan jika saya kecewa. Saya masih manusia normal, mungkin, untuk merasakan kekecewaan. Untuk yang satu ini, dunia, saya tidak ingin diganggu gugat. Bukan apa-apa, tapi...entahlah. Memang sudah begitu saya. Tidak suka diganggu gugat tentang dunia. Apa sebenarnya dunia yang saya maksud ini? Bisa saja atau bisa jadi alam pikiran saya. Ya sudah pasti itu! Apalagi? Oh, ada satu lagi. Mungkin diamnya saya. Jangan bertanya, "Kenapa diam saja dari tadi?" atau "Kok tiba-tiba diam?" di saat saya memang sedang diam. Jika ditanya begitu di saat saya sedang menikmati diamnya saya, rasanya seperti disuruh mengutip butir beras dalam kondisi angin sedang bertiup kencang dan saya harus berjalan dengan tubuh tetap tegak. Bah! 

Entahlah. Saya bukan tidak berpikir tentang masa depan. Saya hanya memastikan kalau masa sekarang yang saya anggap nyata masih dalam kondisi baik-baik saja saat saya menjalankannya. Masa depan nanti bisa jadi atau bisa saja refleksi dari masa sekarang. Saya jalani saja yang sekarang. Yang di depan siap-siap menunggu. Ah, entahlah.

Saya akan kuliah lagi dan apakah benar yang dikatakannya kalau nanti saya akan berbicara di depan banyak orang dalam sebuah ruangan besar layaknya seorang intelektual? Entahlah! 

No comments:

Post a Comment