Thursday, January 20, 2011

A


Dia itu perempuan.
Tak pernah aku tahu rupa wajahnya. Dia menulis seperti hantaman palu ke atas batu. Tapi, rasanya seperti air yang disiramkan ke ubun-ubun. Suatu hari aku mendengar suaranya. Begitu cepat cara bicaranya.
: Menggelitik sambil menerka apakah kira wajahnya mirip seperti suaranya?
Aku tampar saja khayalanku. Mengganggu pembicaraan, pikirku.

Pada tanggal sekian, dia menghujat agama baruku. Agama yang Tuhannya kerap berganti sesuai mauku. Aku heran dengan labirin yang ada di batok kepalanya.
: Ini agamaku. Mengapa dia menghujatnya?
Ada sedikit api yang menyala di sela-sela telingaku. Awalnya aku biarkan saja. Ternyata pengikutnya banyak. Dan, aku digiring sampai ke tepi hari. 

Dia itu perempuan.
Bersikap dewasa dengan intelektual yang sudah terakreditasi. Berdiri dengan menundukkan mata dengan kompas sudah ada di tangan kanan.

Dia itu perempuan.
Tapi, aku tidak suka cara dia memandang. Dia menjatuhkan seakan-akan ada cap "anti banting" di punggungnya. 

"Kamu angkuh dan kamu tidak tahu itu." bisikku kepada Tuhan.
: Kali ini Tuhan hadir dalam bentuk huruf A. 

No comments:

Post a Comment