Sunday, April 3, 2011

14.00 WIB

Selama satu jam biasanya aku masih menunggu pengharapan. Tak masalah jika nantinya ternyata mengecewakan. Tapi, siapa yang sangka kalau selama ini aku selalu berharap untuk selalu kecewa! Benar-benar membingungkan menjadi seorang pendiam rupa. Ya, siapa sangka!


Biasanya di menit-menit begini, aku terkapar menjelajahi dunia orang. Malas benar aku bangkit. Padahal menggeser pantat sesenti pun tak juga ingin. Parah memang benar-benar di puncak. Jika begitu, jangan salahkan malaikat dan setan jika ragu-ragu datang menghampiri. Ragu-ragu mengetuk hatiku agar aku tetap di tempat, tidak kemana-mana, apalagi hanya untuk bertemu denganmu. Tapi, cinta dan setangkup rindu ternyata bisa melenyapkan ragu-ragu. Aha, hanya dibutuhkan sebuah keyakinan saja, Tuan.

Tepatnya setelah satu jam kemudian, aku pun bergegas pergi dan mendapati dunia luar ternyata ribut bagai kadang ayam petelur.

Dalam perjalanan, kusuguhkan pikiranku dengan lamunan-lamunan. Apa kiranya yang akan terjadi dalam pertemuan? Mari kita bermain tebak-tebakkan, Tuan.

No comments:

Post a Comment