Friday, April 1, 2011

13.00 WIB

Di kesempatan ini, aku masih memilih menunggu namamu datang kepadaku. Tak aku hitung berapa banyak biji hujan yang jatuh di kota Medan selama menunggu namamu datang kepadaku. Yang aku rasa bahwasanya setiap biji hujan yang jatuh akan menumbuhkan kerinduan yang semakin suburnya selama menunggu namamu datang kepadaku. Maka, lebihkan biji hujan itu, Tuhan!

Sering emosi yang tak berarti berubah menjadi emisi. Karena tak bisa sabar. Padahal sabar itu banyak buahnya.

Aku lihat sekarang namamu sedang melayang-layang pelan menuju kejatuhannya di pangkuanku. Aku pungut. Dan kau pun berkata..

: Ayank, lg dmn?

No comments:

Post a Comment