Tuesday, December 28, 2010

#3 Dear Romo..

Dear Romo..

Sepuluh menit lagi akan ada yang namanya pergantian waktu menuju esok hari dan Yuni masih saja belum menulis, Romo. Apa pentingnya Yuni harus menulis saat-saat sekarang ini? Apa pentingnya, Romo? Yuni masih terlalu menikmati masa-masa tarik ulur antara emosi dan waktu dalam menyeimbangkan tindakan. Oh, terlalu banyak teori yang Yuni katakan. Sederhananya, Yuni sedang ingin berbicara secara personal dengan Romo.


Kapan Romo pulang? Lima hari lagi? Kurang dari itu? Atau lebih dari itu? Yuni akan tetap menunggu. Yuni penasaran seperti apa pertemuan yang akan terjadi di antara sudut-sudut yang punya ceritanya sendiri.


Hari ini Yuni mencoba untuk tidur dengan pulasnya. Tapi, tidak bisa. Begitu susah Yuni untuk tidur karena Yuni ingin datang ke dunia mimpi Yuni. Terakhir Yuni bermimpi tentang si Mura. Ada yang ingin dia katakan kepada Yuni tentang perasaan terdalamnya yang terpendam tentang Yuni. Kami berbicara di depan kamarnya. Tapi, entah mengapa keberadaan Romo yang terus saja mondar-mandir antara ruang tengah-studio-ruang depan membuat Mura menjadi tidak siap untuk mengatakan apa yang seharusnya Yuni dengar. Kalimat terakhirnya yang Yuni dengar adalah...

"Kak, sebenarnya yang membuat Mura bersikap begini kepada kakak adalah karena kakak..........."

Kalimat itu terputus, Romo!!! Padahal Yuni begitu ingin mendengarkan lanjutan kalimat dari mulutnya. Tidak sebentar kami berdiri di depan kamarnya. Dia sambil tetap memegang gagang pintu kamarnya dan Yuni bersender di salah satu sisi rangka pintu. Lebih tepatnya sisi menuju ruang tengah. Dan Romo terus saja mondar-mandir bahkan sesekali berhenti di depan kami untuk mendengar pembicaraan kami. Sebelumnya, butuh hampir setengah jam Yuni mencoba untuk mengajaknya berbicara. Semua diawali dengan ekspresi wajahnya yang tidak begitu senang terhadap Yuni tanpa sedikitpun mau melihat ke arah Yuni. Tapi, Yuni terus mengajaknya berbicara sambil meyakinkan kepadanya kalau semuanya baik-baik saja. Akhirnya, keluarlah kalimat itu dari mulutnya yang akhirnya terputus karena Yuni harus masuk ke mimpi yang lain.


Mimpi yang lain di mana Mama masuk ke dalam kamar Mak Cut yang di dalamnya hanya ada Yuni yang sedang terbaring sakit. Mama duduk di sisi kiri Yuni. Lebih tepatnya di sisi luar tempat tidur. Ada banyak kebahagiaan yang dia ceritakan kepada Yuni. Salah satunya tentang keluarga. Mama ingin Yuni sehat-sehat saja dan segera memberinya cucu. Kemudian Mama keluar dari kamar sambil memindahkan tangannya yang semula dia genggam kemudian berpindah untuk menyentuh perut Yuni. Tangannya dingin.


Itulah mimpi terakhir yang Yuni ingat. Yuni merindukan mimpi-mimpi Yuni yang lainnya.


Baiklah, sekarang Yuni (akan) menulis.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive