Tuesday, December 7, 2010

Kebenaran bukan pembenaran


Inilah saat di mana para pemodal menawarkan produk-produk mereka atas nama kesempurnaan ibadah dan kesempurnaan kemenangan Anda. Pada saat ini pula mereka dengan cara yang sangat meyakinkan mengukur persaudaraan dan ikatan silaturahmi Anda dengan sebotol sirup, sekaleng roti atau pun sepasang sandal. Mari kita rayakan kemenangan yang termediasi ini dengan onani rohani tanpa basa-basi...!!!

Begitu tulismu di dalam konsep orasi yang akan kamu bacakan besok pagi. Aku hanya geleng-geleng kepala saja dengan semua yang kamu lakukan. Yang aku tahu aku tidak perlu ikut campur untuk urusanmu yang tidak aku pahami.

"Jangan bengong saja. Perbanyak ini kemudian kamu tempelkan di tempat-tempat umum."

Aku manut saja. Aku hanya pembantu di rumah ini yang mengagumi kamu sebagai majikanku. Kamu tidak pernah memukuli aku dengan tangan hebatmu. Justru aku selalu ditampar oleh kata-katamu yang penghias neraka itu. Aku senang.

Aku bergegas melaksanakan perintahmu. Sementara kamu sudah siap dengan cerutu klasikmu. Maafkan aku yang tidak bisa menghitung berapa banyak asap yang sudah kamu hembuskan. Lain kali aku pasti bisa menghitungnya.

"Cepat kembali!! Jangan berlama-lama. Aku ingin kopi."

Kamu membutuhkanku, Lordas. Kataku di dalam hati.

***


"Ada apa, Lordas?"

"Besok kamu harus ikut aku."

"Kemana?"

"Ke jalan. Kita orasi."

Aku hanya tersenyum sementara kamu sudah memalingkan wajahmu ke tempat lain tanpa melihat senyumku terlebih dahulu.

***


"Sudahlah. Tidak perlu capek-capek orasi di jalanan sana. Toh pada akhirnya kebenaran sejati hanya ada di ujung pedang, pentungan atau pun pistol. Kita hanya perlu belajar berpedang, memukul dan menembak untuk membuktikan kebenaran!!! Sepertinya kita sudah hidup di zaman Yo Ko dan Kwee Cheng, di mana benar-salah dipastikan dengan kejujuran mata pedang."

"Lordas?? Kamu berubah pikiran?? Terserah kamu saja. Sudah aku katakan kalau aku tidak mau ikut campur untuk hal-hal yang tidak aku pahami."

Aku keluar dari ruanganmu. Kamu masih diam menghadap jalanan. Ingin ke sana kah kamu, Lordas? Di sini saja. Tidak perlu ke mana-mana (lagi).

No comments:

Post a Comment

Blog Archive