Saturday, December 4, 2010

Happy Birthday to Me


Dulu, tidak beberapa lama waktu yang lewat, rasanya aku sering tertawa atau mengutuk dalam hati ketika melihat tingkah laku bodoh dan naif para teruna. Aku tertawa dan selalu punya keinginan menunjukkan bahwa mereka tidak harus melewati masa-masa seperti itu. Bahwa seseorang bisa langsung meloncati kebodohan karena banyak pelajaran bisa diambil dari orang lain seperti aku, senior mereka ini.

Aku menyesal pernah punya perasaan seperti itu. Kebodohan ternyata tidak pernah bisa berhenti. Tidak memandang usia. Juga bukan tentang seberapa banyak kepahitan dalam hidup, dan kau merasa bisa mengambil sebanyak itu juga pelajaran darinya. Jenisnya mungkin berbeda-beda, tapi kebodohan tetap kebodohan. Selalu ada pemakluman untuk kebodohan, namun selalu juga ada orang lain yang berkata bahwa kau sebenarnya bisa berbuat lebih dari itu. Ini membuat kita malu. Terlebih kalau yang menunjukkan itu ternyata orang yang lebih muda. Aku melihatnya di wajah mereka. Sungguh menyakitkan karena sekarang giliran mereka yang berkata “harap maklum” tentang kita pada diri mereka sendiri dan teman-temannya. Mungkin mereka tidak protes karena menunggu aku masuk lubang hitam dan tidak muncul lagi. Kenapa sih mereka ini? Apa mereka tidak diajari orang-tuanya tentang satu masa seseorang bisa jadi ngaco dan kurang bertanggung jawab omongan dan perbuatannya tapi sebenarnya sedang pasang ancang-ancang untuk masuk ke dunia yang lebih berat lagi? Entah akhirnya bisa jalan dengan tegap atau hanya ancang-ancang terus, itu urusan lain lagi. Yah, aku juga tidak pernah diajari seperti itu sih. Aku hanya kesal saja.

"Ku rasa kebenaran itu selalu sederhana," kata Sheriff Bell di No Country For Old Man. "Pasti begitu. Kebenaran memang harus sederhana sehingga seorang anak pun akan bisa mengerti. Jika tidak, semuanya akan terlambat. Saat kita mulai memahami semua akan terlambat." Gagah sekali kata-katanya, ya? Aku tersindir karena rasanya telah menyiakan banyak waktu untuk belajar. Tiba-tiba usiaku sudah 24 saja. Aku coba hentikan waktu dengan masker dan mulai sering pakai t-shirt supaya tak kalah saing dengan mahasiswa baru, tapi sewaktu bugil dan bercermin aku merasa sia-sia. Biasalah, eksperimen. Kalau tidak begitu mana bisa aku tahu. Setidaknya aku jadi mengerti apa yang tidak mungkin ku raih. Radiohead bisa saja datang ke Indonesia, tapi ada hal-hal yang akan aku tutup kemungkinannya. Ku tutup ruang mimpi itu dan ku buka lebar-lebar pintu di ruangan lainnya. Mungkin bukan sebuah "kebenaran" karena ku rasa rumit sekali. Namun sewaktu ku katakan ini pada diriku sendiri, ulang tahun ke 24 rasanya tidak terlalu jelek.


By: Liston Damanik
Justify Full

No comments:

Post a Comment

Blog Archive