Monday, December 6, 2010

Resolusi, katanya.


Kali ini Tahun Baru Islam dan apa yang sedang saya pikirkan sekarang? Banyak. Sangat banyak. Tapi, ya begitulah manusia tidak pernah pernah berhenti berpikir walau akalnya sering tidak dipakai untuk "berpikir".

Tidak tau mengapa sudah entah hitungan hampir berapa minggu saya sudah sulit tidur. Insomnia merajai tubuh saya di kala malam. Sebenarnya saya tidak memaksakan diri, tapi mau bagaimana lagi jika mata ini tidak bisa diajak untuk terpejam.

...dan saya sedang ingin menulis sesuatu. Mungkin hampir tentang saya.

Tahun baru selalu menjadi ajang untuk introspeksi diri. Saya juga begitu walau sering resolusi hanya sebatas teks saja. Sekedar formalitas kalau saya sedang tidak ingin ketinggalan momen untuk mengikuti tahun baru.

Apa resolusi saya kali ini? Saya sedang tidak berniat menuliskan per poin apa-apa saja resolusi saya untuk setahun ke depan. Sangat banyak jika saya peduli menuliskannya. Itu tidak penting karena setiap hari saya selalu menulis di notebook saya tentang apa saja.

Agenda setiap hari selalu saya jadwalkan karena saya berpikir kalau waktu tidak bisa diajak main-main karena yang saya lakukan tidak selalu hal yang main-main. Cukup saya bermain-main dengan aktifitas saya tapi tidak dengan waktu. Saya paling merasa bersalah jika melakukan aktifitas yang tidak terjadwal di hari yang sudah saya jadwalkan kecuali jika itu memang sangat penting sekali. Tapi, jika itu tidak begitu penting...sebaiknya jangan. Merasa bersalah itu paling tidak saya inginkan. Ya, saya merasa bersalah dengan diri saya sendiri karena sejak malam saya sudah berjanji dengan tubuh saya kalau besok "seginilah" jadwal yang harus dikerjakan oleh tubuh saya ini.

Di luar agenda harian yang saya jadwalkan, saya juga menulis tentang hal-hal lain yang belum saya kerjakan. "Belum saya kerjakan" bisa jadi karena saya lupa, saya tunda, atau saya baru nemu ada hal yang belum saya kerjakan. Misalnya: menyampul buku-buku yang ada di rak; melanjutkan klipingan KOMPAS yang belum kelar; membaca blog teman-teman; menulis novel, cerpen, lirik lagu, blog, dan sebagainya; membaca buku-buku yang masih numpuk di rak; membaca komik yang ada di Titik Koma; menonton film yang udah di download tapi malas terus; dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya gampang menuliskan itu semua tapi mengerjakannya butuh perlawanan yang hebat jika malas itu lebih kebal dari imun rajin saya, hahahaha...

Saya sekarang-sekarang ini sering pelupa. Dulu saya selalu ingat. Tapi, saya senang karena jadi pelupa berarti saya masih normal, hahaha... Pernah saya tidak sengaja lupa meletakkan CD pas foto saya padahal sangat penting sekali. Saya bongkar satu kamar tetap juga tidak ketemu. Saya bukannya marah-marah tapi malah ketawa-ketawa. Saya bilang ke diri saya sendiri, "Jadi pelupa itu memang menyenangkan. Keren malah!" Makanya itu saya selalu menulis. Bahkan apa yang ingin saya bilang ke orang lain pun saya tulis terlebih dahulu. Nanti saat bertemu dengannya, entah kapan lah itu, baru akan saya katakan. Apakah itu berupa pertanyaan, pemberitahuan, atau apa saja lah itu. Kalau saya lagi rajin dengan handphone saya, saya akan langsung menghubungi mereka yang pastinya sambil memegang daftar nama orang-orang yang akan saya hubungi beserta perihalnya. Hahahaha...

Semua buku saya di rak sudah saya catat judul-judulnya. Jika ada yang mau pinjam buku-buku saya selalu saya catat nama mereka. Bukan tidak percaya, tapi untuk memudahkan saya mendeteksi keberadaan buku-buku saya sedang berada di tangan siapa. Apalagi saya tidak memberi batas waktu kepada mereka yang ingin meminjam. Asal tidak hilang saja, teman-teman.

Apalagi ya yang ingin saya tulis???

Banyak yang bisa saya tulis. Atau lebih tepatnya, banyak yang harusnya saya tulis. Dengan saya seperti itu, membuat saya merasa nyaman dengan diri saya. Kemana pun saya pergi, pikiran saya tetap terkotak-kotak untuk hal-hal yang sudah saya klasifikasikan.
Untuk urusan emosi, saya juga menulis. Lebih nyaman saya bercerita dengan menulis walaupun mungkin akan ada yang dibaca oleh orang. Yang saya pikirkan adalah setiap orang punya penafsirannya masing-masing. Jadi, tidak masalah jika nantinya mereka pun tau apa masalah saya. Bagi saya yang terpenting adalah saya bisa mengeluarkan semua yang menjadi beban berupa kegelisahan dalam hati dan pikiran saya lewat tulisan tanpa saya harus membebani orang lain (lagi).

Apa resolusi saya kali ini?
Saya ingin lebih peduli dengan diri saya sendiri, kemudian orang lain (siapa pun itu, kenal tak kenal), dengan cara saya sendiri.
Tentang Tuhan??? Tuhan selalu ada bersama saya berapa pun jarak yang terbentang di antara "KAMI".



--malam ini indah walau tak jadi menangis

No comments:

Post a Comment

Blog Archive