Mulut saya berdarah lagi. Padahal saya hanya mengunyah makanan lembut. Tahukah bagaimana rasa darah? Untuk yang satu ini saya tidak bisa mendeskripsikannya bagaimana rasa darah itu. Yang pasti, tidak enak. Membuat perut saya mual.
Saya baru saja menyelesaikan membaca novel “Century”. Novel fantasi yang membuat saya bingung. Bukan, maksud saya sulit memahaminya. Butuh sampai tiga kali saya mengulang membaca novel ini hingga akhirnya saya paham seperti apa ceritanya. Isi ceritanya yang mustahil terjadi di alam manusia membuat saya sangat terpukau di bagian akhir cerita. Sangat terpukau. Apa sebab? Saya sudah mengatakan kalau saya butuh tiga kali mengulang membaca novel ini baru saya bisa paham. Ceritanya tidak bisa saya tebak mau dibawa ke mana. Makanya saya katakan bagian akhir ceritanya itu membuat saya terpukau karena tidak terpikirkan oleh saya akan seperti itu. Akhir ceritanya sangat sederhana. Mungkin sanking sederhananya membuat saya terpelongo saat membacanya.
Sarah Singleton |
Novel Century dibuka dengan adegan penemuan sebuah buku bersampul kulit merah dalam sebuah peti di sebuah rumah yang telah ditinggalkan penghuninya selama beberapa dekade dan saat itu sedang direnovasi. Tidak jelas siapa narator yang menceritakan penemuan buku itu. Mungkin, Sarah Singleton sendiri, mengingat penemuan buku yang terdapat pada bagian prolog ini diceritakan menggunakan perspektif orang pertama. Setelah prolog, tidak ada lagi bagian novel yang menyinggung si "aku" ini.
Di cover novel tersebut ada gambar seperti sebuah rumah tua di zamannya. Itu lah rumah mereka yang dipenuhi oleh sihir. Tinggal lah seorang laki-laki sebagai ayah, dua orang anak perempuan dan satu orang pembantu yang mengasuh dua anak perempuan itu. Kebiasaan mereka sangat berbeda dengan manusia lainnya yang tinggal di sekitar. Di saat orang lain tidur di malam hari, mereka justru menganggap itu lah pagi hari mereka. Jika malam sudah mulai turun, pembantu mereka akan membuka gorden-gorden rumah pertanda pagi sudah datang. Mereka mengatakan sarapan di saat malam hari, bukan di pagi hari seperti manusia normal lainnya. Kemudian juga anak-anak perempuan itu belajar di tengah malam (seperti homeshooling), bermain-main di taman rumah mereka pada jam di mana orang sedang lelapnya tertidur, dan aktifitas lainnya. Pada saat pagi menjelang, pembantu mereka akan menurunkan kembali gorden-gorden rumah besar mereka itu dan menyuruh anak-anak untuk segera tidur. Itu lah malam hari mereka di saat manusia lainnya bangun dari tidur mereka.
Apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu sehingga jadwal aktifitas mereka harus bertolak belakang dari manusia lainnya? Dan bagaimana akhir ceritanya yang saya katakan membuat saya terpukau? Baca saja!
Judul buku: Century
Penulis: Sarah Singleton
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2007
Tebal: 248 hlm; 20 cm
Genre: Science Fiction & Fantasy
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Sarah Singleton
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2007
Tebal: 248 hlm; 20 cm
Genre: Science Fiction & Fantasy
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga aslinya saya kurang tahu karena saya beli di bazar buku yang hanya Rp. 10.000,-
Asik...asik...asik...
Asik...asik...asik...