Monday, August 23, 2010

KEMARIN


Ada yang salah dengan hari ini? Aku pikir semuanya baik-baik saja. Pasti akan selalu baik-baik saja. Masalah sisi hatiku yang lain yang sering gelisah tidak menentu, dibiarkan saja. Sementara sisi hati yang satu lagi menjadi penawar agar tidak sakit sebelah.

 













Sudah lama waktu berlalu dengan segala perubahan fisik maupun psikis. Jika sedang tidak memperhatikan dengan detail, perubahan itu tidak tampak berarti. Terkadang baru disadari ternyata sudah banyak yang berubah.

Hari ini bukan cerita tentang hari ini. Maksudku hari ini bukan hanya dimulai dari hari ini. Oh, lebih tepatnya hari ini adalah cerita segala waktu. Aku sudah lama ingin memulai hari ini dengan hari yang jauh terlempar di belakangku, sementara kenangannya masih saja terus mengikuti sampai aku dinyatakan benar-benar lupa tanpa disengaja. Tuhan pun maklum. Makanya orang lupa, gila dan tidur terbebas dari dosa saat itu juga.

Ini cerita tentang kita. Belum tahu seperti apa kesudahannya. Kamu selalu mengatakan agar aku jangan memikirkan bagaimana nanti, tapi pikirkan saja yang sekarang. Lama-lama aku masih belum terbiasa dengan cara berfikir begitu. Ujung-ujungnya aku mengira kalau kamu tidak ingin aku bertanya-tanya terus apa jadinya nanti hubungan ini. Ekstrimnya, aku pikir kamu tidak serius denganku. Terlihat sekali aku tidak percaya denganmu. Padahal sebenarnya aku lupa bahwa aku sudah melakukan kesalahan yang sama, kembali, tanpa aku sadari dan sekarang baru aku sadari, kembali.

Cemburu menciumku saat semua itu aku baca dengan remuk redam. Cemburu, yang aku tahu seharusnya tak buta menjadi benar-benar buta dalam hitungan menit. Pernah aku tersadar saat aku menyendiri dengan tubuh penuh kesakitan, melihat dirimu menjelma menjadi sebuah penyakit bagiku. Ingin rasanya aku bunuh kamu tanpa permisi dan mencium pipimu lembut saat nafas terakhirmu menghangatkan wajahku. Tapi, itu semua hanya perasaanku saja. Perasaan yang berbicara dengan tutup mata dan tutup mulut. Seperti aku yang tertidur tapi tak terpejam. Bukan, seperti terpejam tapi tak tertidur.

Aku menginginkanmu dengan detak jantungku yang terus berpacu. Semakin kamu mendekat, semakin dekatlah kematian itu karena jantungku semakin lelah olehmu. Maka, ku ingin kematianmu agar ku tahu kita mati bersama karena saling menemani bukan saling mencinta tanpa kebersamaan.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive