Monday, April 12, 2010

Little GIRLA


Mbak Reni...
Saya sedang menatap gelas kosong. Apakah hari ini kita ada berbincang-bincang? Saya lupa. Yang saya ingat saya hanya sesekali tertawa saat mengingat nama Mbak. Saya belum makan malam. Mungkin sebentar lagi.
Mbak, saya sedang sakit. Mbak tahu itu. Mbak selalu datang menemani saya. Mendengarkan semua ocehan saya yang suka dadakan saja kalau bercerita. Mbak juga selalu memberi komentar sehingga saya bisa merasakan eksistensi saya di hadapan Mbak. Mbak juga pernah diam saja saat saya pun diam. Mbak sangat menghargai kondisi psikis saya.
Mbak, kemari sebentar. Duduk di samping saya, di sini. Sebentar ya, saya akan memperdengarkan sebuah musik kepada Mbak. Judulnya "Little Girla". Coba dengar. Saya yakin kalau Mbak pasti akan mendengarkannya dengan baik...
Apa yang Mbak rasakan?
Jangan berbisik begitu, saya tidak bisa mendengar. Coba dibesarkan suaranya. Oh, itu. Saya juga merasakan itu. Mbak ada melihat kaki siapa? Kakinya Girla kecil? Iya, saya juga melihatnya. Lucu ya...
Musik itu Romo yang buat. Saya suka. Mbak selalu suka yang saya suka, kan? Saya tahu itu. Sekarang Mbak terserah ingin melakukan apa. Baiklah jika ingin duduk di kaki saya. Tapi, jangan pergi.
Mbak, saya tidak ingin diganggu lagi oleh mereka walau hanya bayangan yang bukan bayangan. Saya takut dengan mereka yang senang sekali merangkak-rangkak di bawah kaki saya makanya Mbak saya minta duduk di kaki saya biar mereka tidak punya tempat di kaki saya dan saya pun tidak sudi.
Mengapa mereka harus muncul? Ingin sekali mempausekan waktu tapi tidak bisa. Jarum rotasi terus berputar karena bukan saya porosnya. Saya tidak menyangka jika kenyataan justru berbelok ke arah yang tidak saya ketahui. Mereka datang lagi seperti hantu yang minta untuk saya sapa.



--Romo dapat kelinci putih besar di pinggir jalan, Mbak. Namanya Kelin.


















No comments:

Post a Comment