To save storm wallpaper Windows : storm wallpaper Windows as your desktop wallpaper, place your mouse pointer over the image. Click on the right mouse button and a menu window will pop up. Highlight the option "Set As Wallpaper" and then use the left mouse button to click on it. The wallpaper is now installed on your desktop. Enjoy!
Friday, September 16, 2011
Rabu, 08 Juni 2011 storm wallpaper Windows
To save storm wallpaper Windows : storm wallpaper Windows as your desktop wallpaper, place your mouse pointer over the image. Click on the right mouse button and a menu window will pop up. Highlight the option "Set As Wallpaper" and then use the left mouse button to click on it. The wallpaper is now installed on your desktop. Enjoy!
wallpapers from nature
Nature Wallpaper
Free Nature Wallpapers, Wallpaper of Nature,
My Free Wallpapers - Nature Wallpaper : Beagle - Puppy
Nature Art Wallpaper
Nature Wallpaper
Nature Wallpapers. Desclaimer | Privacy Policy | Links | Contact Us
1024x768 Nature wood road desktop wallpapers and stock photos
free-wallpaper-nature-017
Wallpaper: Nature waterfalls. Resolution: 1024x768. Size: 166 KB
Nature Ocean with Sunset
Nature Wallpaper
Nature Wallpapers
Nature Desktop Wallpapers | Nature WallPaper | Diepenbeek_Sunset_1600
pure nature wallpaper. Main navigation:
discount wallpapers computer nature
Desktop Wallpapers · Gallery · Nature Coastal Holiday, Sand Beach
Free Nature Wallpapers, Wallpaper of Nature,
My Free Wallpapers - Nature Wallpaper : Beagle - Puppy
Nature Art Wallpaper
Nature Wallpaper
Nature Wallpapers. Desclaimer | Privacy Policy | Links | Contact Us
1024x768 Nature wood road desktop wallpapers and stock photos
free-wallpaper-nature-017
Wallpaper: Nature waterfalls. Resolution: 1024x768. Size: 166 KB
Nature Ocean with Sunset
Nature Wallpaper
Nature Wallpapers
Nature Desktop Wallpapers | Nature WallPaper | Diepenbeek_Sunset_1600
pure nature wallpaper. Main navigation:
discount wallpapers computer nature
Desktop Wallpapers · Gallery · Nature Coastal Holiday, Sand Beach
Ocean wallpaper hd
Ocean wallpaper hd
Saturday, September 10, 2011
Saturday, August 13, 2011
Konsisten yang Impoten
Paling berat untuk memulai mengerjakan sesuatu. Saya bisa mengkhayal dulu ke London kemudian belok ke Rusia kemudian turun ke Jerman sampai akhirnya kembali lagi ke kamar saya hanya untuk menunda-nunda aktifitas saya membaca buku yang belum terselesaikan. Padahal bukunya ada di sebelah kepala saya. Tapi, kok tangan ini malas sekali mengambilnya untuk kemudian dibuka kemudian dibaca kemudian tenggelam di dalamnya kemudian ....aaaaargh memikirkannya saja saya sudah malas!
Tapi, akan lain ceritanya jika saya sudah melawan rasa malas itu dan segera melakukan yang sudah diniatkan. Saya akan lupa kalau saya mesti berkhayal ke mancanegara dulu. Dan saya akan seperti orang kesurupan 'serius' jika sudah melakukannya dengan rencana yang pas. Memang benar-benar akan lain ceritanya.
Oh, rasa malas! Terkadang saya malas--tu kaaaann--bertanya kepada Tuhan mengapa kau diciptakan!
*sambil melirik tumpukan bacaan di meja
O ya, saya juga sedang menyicil salinan note-note saya yang berserakan entah dimana-mana. Sangking banyaknya, saya pun jadi malas. Tapi, kalau tidak dipaksa, bakalan tidak selesai-selesai juga arsip saya itu. Padahal saya sangat suka mengarsip berkas-berkas saya.
Fokus fokus fokus!
Collapse
Mungkin sayanya saja yang selalu menganggap mereka-mereka itu serius. Atau mungkin sayanya juga yang egois dan terlalu terburu-buru? Bukan begitu juga. Tapi, coba deh tunjukkan keseriusan itu. Ini bukan baru pertama kali saya mengalaminya. Dulu sudah sering diajak sama yang lainnya. Tapi, ya begitulah, cuma 'anget-anget taik ayam' saja. Kalau sudah terlihat gelagat tak seriusnya, saya pun kecewa. Mungkin jika nanti saya diajak lagi, saya harus memasang perasaan biasa-biasa saja. Tidak perlu euforia dengan shock begitu. 'Kan mereka yang membutuhkan saya. Jadi, buatlah situasinya seperti mereka yang mengemis-ngemis hebat ke saya. Nah, itu baru saya anggap mereka serius. Tentang berkas yang sudah terlanjur saya berikan, entah dibaca atau tidak, biarlah bercecer. Saya anggap itu bonus bagi yang menemukan karya saya, selamat membaca imaji saya, dan tergila-gila lah kepada saya.
Friday, August 12, 2011
W
"Aku ingin bisa menghentikan waktu."
Begitulah katamu saat kita sedang di dalam perjalanan. Entah karena alasan apa. Aku pun tidak menanyakannya. Aku lebih memilih menebak sendiri apa alasanmu.
Apakah karena kamu takut waktu akan membunuhmu?
Ah, tidak juga sepertinya. Kamu bukan jenis manusia penakut. Kamu bisa saja membunuh waktu, tapi kamu masih punya perasaan terhadap waktu hingga kamu lebih memilih untuk menghentikannya saja. Ada kesan 'hanya sesaat' ketika kamu mengatakan ingin menghentikan waktu. Pasti setelah itu kamu akan membiarkannya berjalan lagi. Ya, kamu mematisurikan waktu entah untuk apa.
Apa karena kamu tidak ingin berpisah olehku?
Aku senang jika ini alasanmu. Kamu lihat senyumku yang mengembang ini? Kamu lihat? Ayolah katakan saja jika memang ini alasanmu. Aku tidak akan menertawakanmu. Percayalah. Tapi, aku mengerti jika kamu tidak mau mengakuinya. Seperti yang kita tahu, waktu itu suka sekali iri terhadap kita. Dia selalu saja berusaha memisahkan kita. Rasanya seperti dikejar-kejar olehnya jika kita sadar akan keberadaan dia. Sudah sering aku katakan kepadamu jika kita sedang menikmati kebersamaan, jangan kita hiraukan keberadaan dia. Anggap saja dia sudah mati dan tidak bangkit lagi. Tapi, jika kita sedang berjauhan, kita suruh saja rasa rindu kita untuk lebih cepat mengejar waktu agar dia tertangkap dan kita bertemu. Nah, kamu masih belum mau mengakui alasan kamu ingin menghentikan waktu karena tidak ingin berpisah olehku? Jawab saja. Wajahmu merah lho. Hahaha..
Apa lagi ya alasan yang lain?
21.00 WIB
Di ujung jalan kamu menurunkanku dari sebuah perjalanan. Menurunkanku dengan penuh kasih sayang. Pikiranku sudah sampai di rumah, karena sudah tidak sabar ingin mencium para rohku yang sedang menanti di kamar. Aku pegang tanganmu. Menitipkan rasa khawatir di punggung tanganmu atas kepulanganmu yang sebentar lagi akan aku saksikan. Ya, tidak ada yang bisa menghentikan hujan saat ini. Dan kamu tetap berlari dengan tidak peduli seberapa cepat hujan-hujan itu pecah menghantam tubuhmu. Aku takut justru kamu yang akan pecah. Tapi, matamu tidak mengatakan begitu. Ah, pulanglah. Hati-hati. Hujan tidak akan menghantammu. Mereka akan menggandengmu pulang. Aku akan menunggu kabar sampainya kamu di rumah lewat para hujan yang baik hati menjatuhkan tetesannya di atap kamarku. Pulanglah..
: aku takut menoleh ke belakang. ke ujung jalan itu.
Bicara Sendiri
Romo..
Seperti biasanya, akan selalu ada rasa penasaran yang tertinggal di pikiran Yuni tentang semua sikap Romo yang terindra oleh Yuni. Mungkin bisa Yuni mulai dengan mengawalinya merasakan dari hati terlebih dahulu. Merasakan bagaimana rasanya berada di posisi Romo saat mengambil keputusan untuk lebih memilih bersikap seperti 'ini' daripada seperti 'itu'. Yang membuat Yuni seringkali tidak paham adalah bagaimana bisa Romo memilih sikap yang hampir selalu lebih baik dari pilihan Yuni. Sangat belum bisa memahami! Bahkan Romo pernah memilih sikap untuk lebih baik tidak menjelaskan 'mengapa' hanya untuk alasan 'karena' kepada Yuni. Pertimbangannya adalah PENTING dan TIDAK PENTING.
Selama ini Yuni tidak paham tentang kuatnya peranan sebuah prioritas di dalam hidup ini. Menghadapi mana yang harus diprioritaskan berarti juga harus berhadapan dengan memilih pilihan. Bisa pilih satu saja, atau dua, atau tiga, atau lebih dari itu. Walau sebenarnya ujung-ujungnya juga harus memilih satu pilihan saja. Nah, Yuni entah bagaimana ceritanya, karena tidak paham memosisikan si prioritas ini, bisa dengan mudahnya memasukkan rasa egois dan emosi ketika memilih. Sehingga siapa pun bisa menebak akhir ceritanya bagaimana: sia-sia! Yang membuat Yuni heran, bagaimana bisa Romo menyingkirkan rasa egois dan emosi dalam memilih pilihan demi sebuah prioritas? Bagaimana bisa, Romo? Yuni bahkan tidak bisa memahami sikap Romo yang mampu bersabar dalam bosannya waktu untuk menjalani rutin yang ternyata penting?
"Ya jalani saja, nikmati saja."
Itu yang sering Romo katakan.
"Tidak perlu berpikir dengan sulit, susah, ribet, dan sejenisnya. Hadapi dengan santai dan terima saja jika hasilnya gagal."
Ini juga selalu Romo katakan kepada Yuni.
"Apa pun yang terjadi karena memang harus terjadi."
Entah sudah berapa kali kalimat yang ini Romo katakan bahkan saat di dalam perjalanan pun Romo selalu mengingatkan.
Mungkin kesimpulan tentang sikap Romo yang selama ini Yuni perhatikan adalah bahwa Romo tidak pernah menganggap masalah itu adalah masalah. Bagi Romo yang namanya 'masalah' hanya sebatas nama. Ya, nama sesuatu itu adalah 'masalah'. Tapi, substansinya tidak Romo anggap sebagai 'masalah'. Romo tidak mau memikirkan 'bagaimana' masalah bisa muncul. Tapi, Romo hanya memikirkan 'bagaimana' masalah jangan muncul kembali. Sangat berbeda dengan Yuni yang selalu memikirkan 'bagaimana' masalah bisa muncul sampai-sampai sikap Yuni yang seperti itu cenderung menimbulkan masalah baru. Ujung-ujungnya Yuni akan jatuh ke dalam pembahasan yang TIDAK PENTING. Mengapa tidak penting? Karena Yuni lebih memilih mengutuki diri dengan rasa bersalah yang begitu tinggi terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sudah lewat, sudah berlalu. Bukan memikirkan solusi untuk perbaikan menuju perubahan untuk menyelesaikan prioritas.
"Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan, Yank, daripada hanya sekedar merasakan sakit hati karena tidak dipedulikan."
Bahkan Yuni masih belum bisa membedakan mana yang PENTING, mana yang TIDAK PENTING. Bagi Yuni, selama itu bisa membuat Yuni senang, maka Yuni anggap itu PENTING. Padahal Romo memandang terbalik. Logika Romo selalu saja berada di atas logika Yuni. Bodoh memang Yuni selalu pakai perasaan di atas logika saat menghadapi masalah.
Romo, Yuni memang seperti melupakan dunia Yuni. Padahal Romo sendiri yang mengatakan kalau dunia Yuni itu menarik. Bagaimana bisa Yuni lupa tentang itu, Romo?
Sunday, August 7, 2011
Friday, July 22, 2011
Tuesday, July 19, 2011
Utang Menulis
Menunda-nunda!
Saya punya banyak utang menulis. Antara lain yang masih saya ingat, saya punya utang menulis kepada Boy Shandy, Teteh Tee Tha, Mbak Naajmi Maspupa, dan terutama kepada saya sendiri. Saya ingin menyelesaikannya semua. Akan saya tulis apa-apa saja ide yang sudah menumpuk itu ke dalam buku harian saya. Kemudian saya tidak akan berhenti sampai di situ saja. Saya akan terus berjalan. Karena mereka sudah lama menanti saya. Ah, maafkan saya. Jujur, saya memang kangen dengan menulis. Berikutnya, kamu yang akan saya tulis! Bersiap-siaplah...
V
Menghitung hari saat divonis sudah muncul kehidupan baru di dalam rahimku. Aku sangat senang! Aku tidak bisa melompat-lompat kegirangan. Bisa saja kehidupan baru itu akan marah dan dia tidak jadi hidup. Oh, tidak. Aku ingin dia tetap hidup.
Perjalanan kehidupannya membutuhkan entah berapa kali kunjungan. Aku memohon-mohon kepada Tuhan agar kunjungan yang ke empat kalinya kehidupan itu tercipta. Ah, Tuhan tidak pilih kasih. Tapi, dia memang sudah menjadwalkannya. Dan aku sangat senang!
Setiap pagi aku sapa. Mungkin aku gila berbicara sendiri. Tapi, dia bisa mendengarkanku lewat aliran darahku yang mengalir ke dirinya. Aku mengirimkan begitu banyak cerita tentang indahnya dunia. Belum sempat dan aku memang takut untuk menceritakan pedihnya dunia. Biarlah dia tahu dengan sendirinya bagaimana dunia yang akan dipijaknya. Aku hanya menunggu saja.
Ah, ada kunjungan lagi! Katanya biar nanti dia tahu di mana pintu yang seharusnya dia lewati untuk keluar nanti. Tak apa lah jika kunjungan-kunjungan berikutnya untuk kebaikan dirinya. Aku menerima saja kunjungan-kunjungan itu. Aku juga sangat senang.
Kemudian, pintu itu akan terbuka dengan perlahan-lahan. Sakit. Tapi, aku menanti. Aku membiarkannya menganga berhadapan dengan Tuhan dan darahdagingnya. Aku menyapanya. Dia menyambutku. Kami berpelukan. Sementara pintu itu terus mengalirkan pesan-pesan yang pernah aku ceritakan. Tanpa henti. Dan, aku mati.
Pesan untuk anakku:
Cukup satu pintu saja yang kamu kunjungi nanti, Nak. Namanya V. Itu saja.
20.00 WIB
Di saat-saat seperti ini biasanya ada aku yang curi-curi pandang dengan jarum jam. Aku suka dengan angka delapan. Dibolak-balik atas bawah ya tetap saja delapan. Tapi, bukan karena itu juga. Aku ingin pulang saja ke kamar jika melihat angka delapan. Aku ingin meniduri bantal dan menyetubuhi guling. Sekali-sekali saja begitu. Kemudian aku akan ambil segelas air putih dari dapur dan meletakkannya di atas meja belajarku. Aku ambil buku, aku baca, aku menikmati dan aku bisa saja sesekali marah-marah. Jika aku marah-marah, aku ambil segelas air putih tadi, aku minum dan aku mabuk. Betapa mudahnya bersenang-senang di kamarku!
Aku ingin pulang ke kamarku.
Bermain dengan para Roh yang sedari tadi sudah menanti kepulanganku. Menanyaiku ada cerita apa tadi di jalan dan mendengarkan tawa mereka dari semua cerita konyolku tentang manusia. Bukankah manusia itu memang konyol semua? Cobalah tanya pada Rohmu. Pasti mereka sepakat denganku.
Bermain dengan para Roh yang sedari tadi sudah menanti kepulanganku. Menanyaiku ada cerita apa tadi di jalan dan mendengarkan tawa mereka dari semua cerita konyolku tentang manusia. Bukankah manusia itu memang konyol semua? Cobalah tanya pada Rohmu. Pasti mereka sepakat denganku.
Aku ingin pulang ke kamarku.
Membangun dinding-dinding istana imaji dengan sepotong-sepotong khayalan yang aku pungut di jalan saat aku pulang. Berdiskusi dengan anak-anak para Roh dan sesekali mendengarkan suara tangis mereka yang ingin didengarkan olehku. Ah, aku mencintai para Rohku.
Membangun dinding-dinding istana imaji dengan sepotong-sepotong khayalan yang aku pungut di jalan saat aku pulang. Berdiskusi dengan anak-anak para Roh dan sesekali mendengarkan suara tangis mereka yang ingin didengarkan olehku. Ah, aku mencintai para Rohku.
Aku ingin pulang ke kamarku.
Saat aku akan tidur, aku akan segera bersiap-siap mendekati Tuhan untuk pertukaran alam. Akan ada yang datang menjemputku untuk beraktifitas di alam kedua. Sudah beberapa hari ini Rohku dan Roh Romo menghabiskan waktu di Harvard University dan sekitar New York. Malam kemarin kami candlelight dinner. Dan aku dilamar!
Saat aku akan tidur, aku akan segera bersiap-siap mendekati Tuhan untuk pertukaran alam. Akan ada yang datang menjemputku untuk beraktifitas di alam kedua. Sudah beberapa hari ini Rohku dan Roh Romo menghabiskan waktu di Harvard University dan sekitar New York. Malam kemarin kami candlelight dinner. Dan aku dilamar!
Menangis Bodoh
Jadi, apa yang sedang salah dengan saya akhir-akhir ini? Saya saja sampai menghitung mundur entah dari hitungan ke berapa sampai akhirnya ...empat, tiga, dua, satu, dan aarrgghh saya menyerah! Saya lelah, Tuhan. Kemarin-kemarin saya mencoba menangis dengan sendiri-sendiri saja tapi gagal terus. Saya terus ditanya mengapa saya selalu saja diam dan cemberut tanpa sebab. Padahal pada saat itu saya sedang berjuang untuk bisa menangis. Tapi, siapa yang peduli kalau saya menangis berarti saya mencapai orgasme di titik puncak yang saya inginkan?
Ingat tidak tentang saya yang tidak bisa beraktifitas jika saya tidak bergumul terlebih dahulu malam sebelumnya untuk menyusun semua jadwal saya untuk besoknya? Begitulah saya. Jika saya tidak begitu, saya yakin besoknya saya akan tiada hentinya mengutuki diri saya bodoh dan terus saja menyalahkan diri dengan membabibuta. Saya tidak pantas dicontoh!
Dan, karena itu lah saya menangis. Konyol? Memang iya. Tapi, peduli apa saya dengan tanggapan orang lain. Yang penting saya bisa menangis dan saya puas. Saya bisa uring-uringan bolak-balik kamar-studio-turun naik tangga-kamar lagi-studio lagi-dst sebelum saya bisa menumpahkan air mata saya. Sebabnya? Ya itu dia tadi, saya hanya ingin menangis saja. Sakit hati sama diri saya sendiri karena kebodohan saya yang tidak bisa mengatur waktu saya dalam satu hari. Oh, betapa berharganya waktu itu bagi saya, sejujurnya, sebenarnya. Tapi, tololnya saya suka sekali menyia-nyiakannya!
Seperti hari ini, saya mengerjakan semua jadwal saya. Mulai dari mengirim buku ke Anggi, kemudian ke Gramedia, kemudian ke PajUs, dan selesai. Mungkin dalam satu hari ini hanya segitu dulu aktifitas saya. Tapi, tahukah kamu dengan aktifitas yang sedikit begitu saja sering saya malas mengerjakannya? Jangan dicontoh.
Saya tidak ingin memikirkan lagi yang sudah terjadi. Saya hanya memikirkan yang sekarang saja. Tentang besok tidak begitu saya pikirkan. Palingan juga hanya sekedar menuliskan jadwal saja.
Ada yang ketinggalan...
Jika saya mengatakan "hari ini ingin di rumah saja" maka saya harus di rumah saja. Kalau saya tetap keluar rumah juga untuk hal yang tidak penting, rasa bersalah itu tidak salah jika datang kepada saya.
Sedang berproses: membuang-buang waktu untuk hal-hal yang perting (menurut saya, bukan menurut kamu)!
Ada yang ketinggalan...
Jika saya mengatakan "hari ini ingin di rumah saja" maka saya harus di rumah saja. Kalau saya tetap keluar rumah juga untuk hal yang tidak penting, rasa bersalah itu tidak salah jika datang kepada saya.
Sedang berproses: membuang-buang waktu untuk hal-hal yang perting (menurut saya, bukan menurut kamu)!
Thursday, July 7, 2011
Menyesap Seperti Kamu, Seperti Darah.
Ini sudah hari ke berapa,Blood? Sudah hampir hari ke-800 kamu mengisi hidupku. Melarung di dalam celah-celah daging tubuhku tanpa mengenal apa itu lelah. Kau tetap memerah. Seperti saat pertama kali aku dilahirkan. Tapi, saat itu kita belum bertemu, Blood.
Hari ini tidak ada senyum dariku untukmu, Blood. Aku sedang marah padamu. Aku ingin membunuhmu agar kau tidak lagi menyesapi setiap celah daging tertipisku. Aku ingin kau menjadi hitam. Bukan merah. Aku ingin kau kubasuh dengan air yang lebih ringan darimu agar kau tidak terus sombong di dalam tubuhku. Aku ingin kau meneteskan kehidupanmu tanpa perlu selang yang membantu aliranmu. Aku membencimu, Blood. Membencimu karena aku tidak bisa hidup dalam kehidupan yang sesungguhnya jika kamu tidak hidup di dalam tubuhku. Membencimu karena kau selalu mengatakan bahwa kau tidak butuh tubuhku untuk bertahan hidup. Bahkan dalam bekunya kutub pun kau mampu. Sedangkan aku? Aku membutuhkanmu. Kau sudah membunuhku perlahan-lahan dengan begitu cepat kau keluar jika ada luka pada diriku. Padahal itu semua karena kamu. Kamu yang membuat aku menyakiti diriku sendiri. Sedangkan kau tidak pernah peduli bagaimana sakitnya aku kehilanganmu sedikit demi sedikit dari tubuhku.
Blood, jika aku mati, aku ingin matiku karena kehilanganmu. Jika kau ingin aku tetap hidup, pulanglah. Pulanglah, Blood. Rumahmu di jantungku. Di jantungku yang masih membutuhkan detak untuk tempat tinggalmu. Pulanglah, Blood. Jantungku adalah rumahmu. Pulanglah.
Friday, July 1, 2011
justin bieber haircut 2011 wallpaper
images new justin bieber haircut JUSTIN BIEBER WALLPAPER 2011
wallpaper JUSTIN BIEBER WALLPAPER 2011hot justin bieber 2011 new
justin bieber 2011 haircut
2011 hot justin bieber 2011 newwallpaper justin bieber new
more...
wallpaper justin bieber new
justin bieber 2011 haircut
more...
JUSTIN BIEBER 2011 NEW HAIRCUT
2010 justin bieber 2011 haircutnew justin bieber haircut
Photogenius
05-07 03:35 AM
i like it but i dnt think you should have rounded the gloss
wallpaper JUSTIN BIEBER WALLPAPER 2011
immigrationvoice1
03-07 05:31 PM
Mine took 8 and half months back in 2004!
STAmisha
06-25 09:08 AM
any body has similar experience?
2011 hot justin bieber 2011 new
ilwaiting
06-14 01:13 PM
simple process. planning to do it myself. just make sure you have the right documents.
I am interested as well. We can control our own destiny. What kind of issues can one get in RFE's for 485 that we wont be able to answer and the lawyer will? We need a copy of the Labor and 140. Don't we?
I am interested as well. We can control our own destiny. What kind of issues can one get in RFE's for 485 that we wont be able to answer and the lawyer will? We need a copy of the Labor and 140. Don't we?
more...
h_shaik
10-25 01:48 PM
bump
sachin27
03-26 12:13 PM
I had to withdraw my application since I had to file for a divorce. I was just told yesterday that my petition in withdrawn and my wife will be notified in a week. I was also told that I can re-file before.
Currently we have withdrawn the Divorce papers as well. But I don't know what steps to be taken for re-file.
She has an A number which I can provide now. But the two question I have is her current USCIS status? She came on K1 and another question is "Have you ever applied for Perm. Res.?" The Answer will be yes with date and place of filing, but what should I write for final disposition.
Please help this is urgent.
Currently we have withdrawn the Divorce papers as well. But I don't know what steps to be taken for re-file.
She has an A number which I can provide now. But the two question I have is her current USCIS status? She came on K1 and another question is "Have you ever applied for Perm. Res.?" The Answer will be yes with date and place of filing, but what should I write for final disposition.
Please help this is urgent.
more...
sanjeev_2004
06-16 12:49 AM
In the 485 check list sent by my employer one of the item is :
"Affidavit of support duly notarized (Form I-864) if you are applying for your family"
I am applying for my self and my wife and for my daugher. I will send my all paper to my employer and he will sent to attorney.
Do i have to fill form I-864 or attorney will fill form. if i need to fill then where i can find this form and how i can notarize it.
Please help.
Thanks.
"Affidavit of support duly notarized (Form I-864) if you are applying for your family"
I am applying for my self and my wife and for my daugher. I will send my all paper to my employer and he will sent to attorney.
Do i have to fill form I-864 or attorney will fill form. if i need to fill then where i can find this form and how i can notarize it.
Please help.
Thanks.
2010 justin bieber 2011 haircut
Anders �stberg
July 1st, 2004, 06:49 AM
�Hola! Alcanor - Welcome!
Nice picture, please show us more...
Don't worry about your English, it's certainly better than my Spanish. :)
Nice picture, please show us more...
Don't worry about your English, it's certainly better than my Spanish. :)