Sunday, November 15, 2009

CLIFF, APA KABAR?

















































Cliff Klingenhagen





Suatu hari Cliff Klingenhagen mengajakku makan malam dengannya; Setelah memakan sup, daging dan semua yang dihidangkan di sana untuk dimakan, Cliff mengambil dua gelas dan mengisinya yang satu dengan wine dan yang satu lagi dengan wormwood. Kemudian, tanpa menyuruhku untuk memilih, dia langsung meneguk wormwood untuk dirinya, dan langsung mabuk, dia berkata kalau gelas yang satu lagi adalah punyaku.

Ketika aku bertanya kepadanya apa maksud dari semua ini, dia hanya menatapku dan tersenyum, dan berkata beginilah caranya.

Ternyata aku baru tahu, teman-teman, aku bisa menghabiskan waktu yang panjang dan menyenangkan jika aku bisa seperti Cliff Klingenhagen.





By: Edwin Arlington Robinson





Ini adalah sebuah terjemahan puisi dari seorang penyair Amerika bernama Edwin Arlington Robinson yang judulnya “Cliff Klingenhagen”. Saya mencoba menerjemahkannya walau saya yakin mungkin terjemahannya masih kurang pas. Kesan saya pada saat pertama kali membaca puisi ini adalah sungguh sangat “kena banget, gila!”. Saya langsung bisa memvisualisasikan seperti apa gambaran dari puisi tersebut. Saya takjub dengan puisi ini, singkat tapi padat makna.

Puisi ini saya dapat dari dosen saya yang mengajar Kajian Puisi di kelas saya. Pada saat itu beliau memberikan puisi ini untuk final test. Seperti biasa saya dan mahasiswa lainnya disuruh untuk menafsirkan puisi tersebut. Sementara, saya bingung ingin menafsirkan seperti apa. Mungkin seperti ini, tokoh “aku” di situ tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan. Mungkin bisa dikatakan seperti itu, kebahagiaan. Ya, dia berkata bagaimana dia bisa menghabiskan waktu yang panjang dan menyenangkan. Bukan waktu yang panjang tapi tidak menyenangkan. Dia mencari kebahagiaan, sepertinya. Dia mencari waktu yang tepat, cara yang tepat, untuk bisa membuat dia nyaman. Dan akhirnya dia baru mengetahuinya pada saat dia melihat bagaimana cara Cliff Klingenhagen menyenangkan dirinya sendiri. Cliff punya cara tersendiri yaitu dengan wormwood, lebih tepatnya dia membuat dirinya mabuk.

Nah, tokoh “aku” di sini mungkin bisa memilih dengan cara apa dia bisa menyenangkan dirinya. Saya punya persepsi kalau di dalam puisi ini ada pesan yang tersurat bahwa menyenangkan diri sendiri tidak harus dengan mabuk. “Inilah cara saya”, seseorang pasti selalu berkata seperti itu jika ditanya bagaimana dia membahagiakan dirinya sendiri. Menjadi seorang Cliff Klingenhagen bukan berarti harus mabuk, tapi maknanya adalah “pakailah caramu sendiri untuk membahagiakan diri sendiri, bukan dengan cara orang lain apalagi memaksakan diri untuk menjadi orang lain”. Setiap manusia diciptakan dengan kekhasan masing-masing. Kekhasan itu akan diketahui jika saja kita mau meluangkan sedikit waktu kita untuk mencoba mencintai diri sendiri. Menilik kembali apa yang pantas di kita dan apa yang tidak pantas, mengintip seluk-beluk emosi yang ada di diri kita dengan tetap tenang tanpa harus ada yang terluka, melihat sekeliling untuk bisa belajar seperti ini lah alam berdamai dengan jiwa kita, dan masih banyak lagi.

Setiap manusia punya caranya tersendiri bagaimana membahagiakan dirinya sendiri. Sudah berdamaikah kita dengan jiwa kita sendiri? Kita punya banyak pilihan walau sebenarnya jika ditanya ke saya, saya paling benci untuk disuruh memilih. So, bagaimana cara kamu membahagiakan dirimu sendiri dan berdamai dengan jiwamu? Saya? Hmm…dengan melihat otentik-otentik saya terpajang di rak-rak buku.

No comments:

Post a Comment