Sudah dua hari saya belum mandi. Saya malas disiram air. Kebetulan kota Medan juga sedang dingin-dinginnya. Apa yang saya pikirkan saat ini? Carut-marut yang saya ciptakan sendiri tanpa alasan. Mungkin lebih tepatnya saya sedang sangat sedih. Sedang sangat sedih untuk ukuran perempuan seperti saya. Mengapa saya sedih? Hanya satu. Hilangnya sebuah kebersamaan yang saya pikir akan selalu abadi. Saya selalu berpikir bahwa segala sesuatu yang dapat membuat saya tersenyum pasti akan abadi. Itu sangat salah. Semua pasti berubah. Tinggal menunggu waktunya saja kapan itu semua berubah.
Hari-hari saya sekarang diselimuti oleh diam di sana-sini. Entah apa yang saya diamkan, pokoknya diam itu lebih baik. Sepertinya ada pada diri saya ini yang sedang saya rindukan, tapi saya belum menemukannya. Mungkin saja saya rindu dengan diri saya yang seperti dulu yang bisa merasa tidak terikat oleh satu hal atau banyak hal. Ya, mungkin saja itu yang sedang saya rindukan. Bukan berarti sekarang ini ada hal atau banyak hal yang sedang mengikat saya. Sepertinya tidak ada yang mengikat saya. Hanya saja saya rasa-rasa sayalah yang mengikat diri ke hal dan banyak hal tersebut. Haruskah saya mengatakan kepada diri saya sendiri bahwasanya saat ini saya sedang berjalan seorang sendiri? Haruskah? Yang saya lihat ke depan itu adalah kosong. Mengapa kosong, karena saya terlalu jauh menarik diri dari dunia kenyataan. Saya lupa kalau saya juga sedang punya kuasa atas diri saya. Tapi, justru saya lebih memilih untuk berkuasa atas diri orang lain. Untuk apa saya begitu? Yang ada hanya membuat saya tersiksa dengan perasaan yang tak menentu. Saya adalah perempuan yang rentan dengan perasaan. Sayangnya, entah mengapa selalu itu-itu saja yang saya tangisi.
...sedang tidak ada kesibukan yang berarti yang menuntut saya harus mencurahkan setiap waktu saya kepada sebuah instansi tertentu. Saya hanya di rumah. Mengawali hari menjadi perempuan di dalam rumah sampai malam mengantarkan saya kembali ke atas tempat tidur. Sementara celah-celah yang tak tampak itu saya biarkan saja semakin melebar hingga akhirnya saya menjadi gelisah sendiri. Saya sudah membuang-buang waktu.
Mulai malam ini saya akan kembali menjadi seorang perempuan yang egois dengan dunianya dan membiarkan begitu saja orang lain mencari-cari saya sampai saya benar-benar sadar bahwa saya sedang dicari.
...sedang tidak ada kesibukan yang berarti yang menuntut saya harus mencurahkan setiap waktu saya kepada sebuah instansi tertentu. Saya hanya di rumah. Mengawali hari menjadi perempuan di dalam rumah sampai malam mengantarkan saya kembali ke atas tempat tidur. Sementara celah-celah yang tak tampak itu saya biarkan saja semakin melebar hingga akhirnya saya menjadi gelisah sendiri. Saya sudah membuang-buang waktu.
Mulai malam ini saya akan kembali menjadi seorang perempuan yang egois dengan dunianya dan membiarkan begitu saja orang lain mencari-cari saya sampai saya benar-benar sadar bahwa saya sedang dicari.