Mata patung manekin itu menghadap ke arahmu. Matanya seperti sedang menunggu seseorang berharap kepadanya dari jarak dekat. Kali ini dia telanjang di dalam etalase tanpa bisa berbuat apa-apa. Sementara kamu hanya bisa menatapnya begitu saja. Seakan-akan apa yang dia rasakan bukanlah perasaanmu. Aku kasihan melihat dia yang terus berharap kepadamu yang tidak memperdulikannya. Aku pun tidak bisa berbuat banyak untuk dia. Aku tidak tau harus melakukan apa. Akhirnya yang ada hanyalah diam. Memikirkan nasib karena ditelanjangi di dalam etalase dan orang-orang memperhatikan kita bertiga dengan tawa iblis mereka.
Saturday, December 4, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Blog Archive
-
▼
2010
(429)
-
▼
December
(53)
- Century
- filosofi coklat
- benci janji
- #5 Dear Romo..
- #4 Dear Romo...
- Mungkin saja itu mungkin
- sekelebat yang Hebat
- Suck it = Sakit ???
- sendiri, itu maunya saya.
- #3 Dear Romo..
- #2 Dear Romo..
- Reni, Rida, dan Yeli.
- Apa Hebatnya "DIAM"?
- #1 Dear Romo..
- Ikutan gak ya??
- cul-de-sac
- messi wallpaper 2010 cv
- Diksi kita beda, Romo!! Jadi, berhentilah menertaw...
- niskala
- pertanyaan saya adalah..
- Ma-es-tro
- Reject
- ...ada yang mengakar sekali!
- Celotehan Insomnia
- Re: objurgation, dan bunga liarnya Adieu
- ..............................
- ..is waiting
- Gak tau AKU!!!
- selain MENGERTI tentangmu, masih adakah yang LAIN ...
- irfan bachdim wallpaper
- Mengejar Tuhan
- Cosmic realita
- Kebenaran bukan pembenaran
- Tetap begini
- Gelap di tempat yang gelap
- Televisi
- Aku "baik-baik" saja
- Tidak mau kalah
- Aku pun menangis
- Sudah saya katakan
- Resolusi, katanya.
- melebur untuk membentur
- mudik
- khayalan hebat kita
- Manekin
- Baiklah, jika saya memang egois.
- Happy Birthday to Me
- Senjakala kaum perokok
- Mengapa aku menulis?
- Menulis itu APA?
- selain MENGERTI tentangmu, masih adakah yang LAIN ...
- Masih Ada UTANG dengan KOMPAS (bagian 2)
- Best I Ever Had (Grey Sky Morning)
-
▼
December
(53)
No comments:
Post a Comment