MALAM ANUGERAH SAYEMBARA MENULIS NOVEL DEWAN KESENIAN JAKARTA 2010
Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jumat, 14 Januari 2011.
Dimeriahkan pentas musik Twin Demon, pembacaan petikan novel unggulan oleh Arswendy Nasution dan Rukmi Wisnu Wardani, pameran Lintasan Sejarah Sayembara Novel DKJ, serta temu pengarang bersama Putu Wijaya, Ayu Utami, dan Yonathan Rahardjo.
Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jumat, 14 Januari 2011.
Dimeriahkan pentas musik Twin Demon, pembacaan petikan novel unggulan oleh Arswendy Nasution dan Rukmi Wisnu Wardani, pameran Lintasan Sejarah Sayembara Novel DKJ, serta temu pengarang bersama Putu Wijaya, Ayu Utami, dan Yonathan Rahardjo.
Sebuah acara penting, Malam Anugerah Novel Dewan Kesenian Jakarta 2010,  akan digelar di Teater Kecil (Teater Studio), Taman Ismail Marzuki  (TIM), Jakarta, Jumat, 14 Januari 2011, pukul 19.00 WIB. Pergelaran dua  tahunan ini akan dimeriahkan pentas musik Twin Demon, dan pembacaan  petikan novel unggulan oleh Arswendy Nasution dan Rukmi Wisnu Wardani.
Selain itu, pada hari yang sama, mulai pukul 10.00 WIB, lobi Teater  Kecil akan dimeriahkan Pameran Lintasan Sejarah Sayembara Novel DKJ, dan  pada pukul 15.00 WIB akan diisi temu pengarang bersama Putu Wijaya, Ayu  Utami, dan Yonathan Rahardjo. Ketiga novelis yang pernah memenangkan  Sayembara Novel DKJ ini akan membeberkan proses kreatif dalam menulis  novel dan dampak kemenangan tersebut  terhadap perkembangan  kepengarangan mereka.
Sayembara Novel DKJ merupakan salah satu program unggulan Dewan  Kesenian Jakarta yang diadakan sejak tahun 1974. Sempat terhenti sejak  tahun 1981, kemudian diadakan lagi pada tahun 1998, dan “melahirkan”  novel Saman karya Ayu Utami yang kontroversial sekaligus laris dan  fenomenal. Novel ini banyak dikritik sekaligus dipuji, namun berhasil  melambungkan nama Ayu Utami dan memberikan sejumlah penghargaan penting  untuknya, seperti  Prince Claus Award 2000.
Selain Saman, cukup banyak novel penting lain yang lahir dari Sayembara  Novel DKJ, seperti Aspar (1974) karya Astiti Rahayu, Dari Hari ke Hari  (1974) karya Mahbub Junaedi, Raumanen (1975) karya Marianne Katoppo,  Upacara (1976) karya Korrie Layun Rampan, Aku Bukan Komunis (1977) karya  Yudhistira Ardhi Nugraha, Tiga Lagu Dolanan (1977) karya Ismail  Marahimin, Dadaisme (2003) karya Dewi Sartika, Geni Jora (2003) karya  Abidah el Khalieqy, Tabula Rasa (2003) karya Ratih Kumala, dan Ular  Keempat (2003) karya Gus tf Sakai.
Tujuan utama sayembara ini adalah untuk merangsang dan meningkatkan  kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel. Keberadaannya  menjadi makin penting setelah berhasil melahirkan banyak novel penting  dan pengarang ternama dalam sastra Indonesia. Meski hanya “hadiah  harapan”, pengarang ternama Putu Wijaya juga pernah memenangi sayembara  ini, melalui novel Merdeka pada tahun 1981. Cerpenis ternama, Hamsad  Rangkuti, juga pernah memenangi sayembara ini, meski juga hanya pada  posisi “hadiah harapan” pada tahun 1981 dengan novel Ketika Lampu  Berwarna Merah. Pada tahun yang sama, hadiah pertama diraih novel Bako  karya Darman Munir, dan hadiah kedua ditempati novel Harapan karya  Nasjah Djamin.
Pada awalnya, Sayembara Novel DKJ diadakan setahun sekali. Setelah  sempat vakum, lalu diadakan lagi pada tahun 1998, dan 2003. Kemudian,  mulai 2006, sayembara ini ditradisikan dua tahun sekali, tiap tahun  genap. Tahun 2006, antara lain, menghasilkan novel Hubbu karya Mashuri,  dan Mutiara Karam karya Tusiran Suseno. Sedangkan tahun 2008, antara  lain menghasilkan novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf.
Hal yang menggembirakan, antusiasme penulis selalu besar untuk  mengikuti Sayembara Novel DKJ. Bukan hanya para pengarang muda, tapi  juga para novelis senior dan ternama. Untuk tahun ini, misalnya, saat  penutupan penerimaan naskah, telah ada 277 naskah novel yang masuk ke  sekretariat DKJ. Selain itu, sejumlah penerbit besar, seperti Gramedia,  juga selalu antusias untuk menerbitkan novel-novel yang memenangi  sayembara ini.
Ke-277 naskah novel itulah dinilai oleh Dewan Juri yang terdiri dari  Sapardi Djoko Damono, A.S. Laksana, dan Anton Kurnia. Tentu, kami sangat  berharap sayembara novel ini dapat terus menghasilkan novel-novel baru  yang lebih bagus, segar, dan fenomenal. Bukan sekadar novel yang bagus,  tapi novel yang membawa semangat pembaharuan dalam kesastraan Indonesia.  Kita saksikan saja, siapa kampiun-kampiun penulis novel yang menjadi  juara kali ini!
Komite Sastra
Dewan Kesenian Jakarta    
No comments:
Post a Comment